Mengenal Qaryah Thayyibah


Entah mengapa tiba-tiba saya ingin mempublikasikan tulisan tentang sekolah. Mungkin karena besok hari pertama saya untuk mengajar di sekolah, berharap dengan membaca tulisan ini kepanikan saya sedikit berkurang hihihii. Saya juga menyadari bahwa mungkin tulisan ini dapat sedikit membantu pembaca yang ingin lebih jauh mengenal Qaryah Thayyibah. so let's see :) 

Sabtu 24 Oktober 2015 yang lalu, saya dan teman-teman fakultas Teologi UKSW, di beri kesempatan untuk mengunjungi salah satu komunitas belajar yang ada di Salatiga. Sebut saja Qaryah Thayyibah, yang lebih di kenal dengan sekolah alternatif. Menurut berbagai sumber di media sosial yang telah saya baca dan tonton, Sekolah ini terletak di kota Salatiga tepatnya di Kel. Kalibening Kec. Tingkir. Ketika berkunjung langsung ke sana, ternyata jaraknya dari UKSW tidak terlalu jauh. Komunitas belajar ini terbentuk karena kesadaran masyarakat Tingkir terhadap pentingnya pendidikan ditengah keterbatasan ekonomi, dan jauhnya jarak dari rumah ke sekolah mengakibatkan mereka mengurungkan niatnya untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah umum. Oleh karena itu muncul lah salah satu tokoh yang peduli terhadap pendidikan di Tingkir yaitu Bahrudin. 

            Bahrudin mendirikan komunitas belajar ini dengan dibantu oleh beberapa orang yang merupakan pendamping murid. Bahrudin memulai misinya dengan mendatangi dan mengajak para anak untuk belajar. Bahrudin memiliki insiatif untuk mendirikan komunitas belajar ini karena ia merasa bahwa pendidikan sangat penting terkhususnya bagi anaknya, namun ia merasa bahwa pendidikan di Indonesia sudah mengalami kemerosotan (Semakin bobrok) dan mahal. Oleh karena itu ia mengurungkan niatnya untuk menyekolahkan anaknya di SMP meskipun anaknya sudah diterima di salah satu SMP favorit di Salatiga. 

            Singkat Cerita, Qaryah Thayyibah terus dikembangkan untuk mensejahterakan para generasi mudah terkhususnya bagi mereka yang terlahir dengan kondisi tidak mampu. Bahrudin berharap bahwa dengan adanya komunitas belajar ini murid dapat memilih jenis kemampuan yang diinginkannya, dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhannya. Jadi dapat dikatakan bahwa komunitas belajar ini sangat berbeda dengan sekolah formal pada umumnya, dimana komunitas ini memberikan hak sepenuhnya kepada murid untuk memilih dan belajar apa yang memang mereka minati. Murid dikategorikan sebagai subyek, bukan objek pembelajaran seperti di sekolah formal pada umumnya. 

            Hal seperti ini yang membuat murid-murid betah untuk terus belajar meskipun jam belajar telah selesai. Metode yang digunakan dalam sistem pembelajaran di Qaryah Thayyibah juga sangat fariativ mereka tidak hanya menuntut kemampuan murid secara akademis namun juga kreatifitas dalam hal pengembangan bakat dan minat di bolehkan di sekolah ini. Mereka belajar sambil bermain bersama. Hal ini yang membuat murid-murid betah belajar dan tidak ingin pulang lebih cepat. Berkat metode kreativ ini juga para murid dapat menghasilkan prestasi yang tidak kalah jauhnya dari prestasi yang dapat di hasilkan oleh sekolah formal. Sebagai contoh, mereka telah berhasil menuliskan berbagai buku yang bahkan telah diterbitkan di toko buku terkenal. Selain itu kreativitas dalam bidang seni juga mengunggulkan mereka. Mars yang diciptakan oleh komunitas belajar ini di beli oleh pemerintah untuk dijadikan salah satu lagu mars nasional pendidikan di indonesia. Mereka telah banyak mencetak prestasi yang luar biasa. Hal yang menurut saya paling berkesan setelah mengunjungi sekolah ini adalah kebiasaan mereka dalam menulis. 

Menurut penuturan Bahrudin dalam tayangan Youtube ketika di undang menghadiri talkshow yang diadakan oleh Kik Endy; setiap minggu anak yang gemar dalam hal menulis, dituntut untuk menuliskan hasil pemikirannya, kebiasaan ini terus dikembangkan oleh murid-murid sehingga satu anak mampu menghasilkan tulisan lebih dari 20 buku. Banyak hal yang saya dapatkan setelah berkunjung kesana, yakni inspirasi dalam hal mengajar di kelas khususnya ketika saya akan terjun ke PPL 5 di sekolah. Selain itu saya juga tertarik untuk belajar bersama dan mengetahui kemampuan mereka dalam hal tulis-menulis. Saran saya, kiranya sekolah ini tetap dikembangkan menjadi lebih baik, sekalipun tidak diakui oleh pemerintah dan hanya mendapatkan gelar paket C. Aktifitas belajar baik itu dalam bentuk sarana maupun prasarana juga harus terus ditingkatkan, agar anak dapat belajar dengan senang dan nyaman.

0 komentar:

Posting Komentar